Beberapa Cara Pembuatan Pengairan Tetes

Pada artikel sebelumnya saya telah menjelaskan sedikit tentang pengairan tetes, pada artikel ini saya ingin menjelaskan sedikit, tentang beberapa cara yang sudah saya gunakan dalam membuat pengairan tetes, tetapi saya saya menganggap bahwa cara ini tidak sesuai harapan, atau boleh saya bilang gagal.

Cara pertama yang saya lakukan, yaitu dengan menggunakan gelas plastik yang bagian bawahnya sudah saya lubangi, lalu pada lubang itu saya masukkan sumbu kompor. Pada saat gelas tersebut diisi air bersih, maka tidak ada masalah dan air masih dapat menetes dengan baik, tetapi saat air yang diisikan agak keruh atau terdapat kotoran, maka cara ini langsung tidak berfungsi, bahkan sudah tidak bisa meneteskan air lagi.

Karena saya juga tidak dapat memastikan, bahwa tidak akan ada kotoran yang akan masuk ke dalam gelas tersebut, terlebih lagi karena lokasinya ada di kebun, di udara terbuka yang sangat rentan terhadap debu dan angin. Akhirnya saya menghentikan penggunaan cara ini.

Cara kedua yang saya gunakan adalah dengan menggunakan botol air mineral yang diberi lubang pada bagian bawahnya. Kesulitan yang saya alami adalah mengatur tetesan air dari botol tersebut, karena jika lubang pada botol terlalu besar, maka aliran air yang keluar menjadi sangat cepat, tetapi jika lubang pada botol cukup kecil, maka lubang tersebut menjadi sangat rentan tersumbat kotoran.

Apalagi setelah beberapa hari menggunakan botol plastik, maka akan terbentuk lapisan seperti lumut di dalam botol, yang bisa menutupi lubang keluarnya air.

Setelah kedua cara menggunakan botol air mineral tersebut gagal, maka cara ketiga yang saya gunakan adalah memanfaatkan gaya kapileritas, yaitu proses meresapnya air pada celah-celah kecil. Dan efek dari gaya ini adalah air dapat menetes keluar pada gelas air mineral dengan sendirinya.

Sampai beberapa lama, saya menganggap cara ini adalah cara yang paling berhasil dalam sistem irigasi tetes. Namun sistem kapiler ini juga memiliki beberapa kekurangan.

Yaitu, kita tidak dapat mengontrol jumlah air yang dapat diteteskan karena tergantung dari bahan dan jumlah bahan yang kita gunakan untuk mengalirkan airnya, saya sudah menggunakan berbagai jenis kain dan sumbu kompor.

Selain itu sistem ini memiliki keterbatasan wadah penampungan airnya, yaitu saya hanya bisa menggunakan wadah yang rendah, karena jika terlalu tinggi maka air di bagian bawahnya tidak bisa terangkat keluar.

Setelah sekian kali percobaan baru saya menemukan cara yang paling efektif menurut saya, hanya saja cara ini akan saya jelaskan pada artikel selanjutnya.

Tinggalkan Balasan