Memelihara Ayam Petelur dengan cara Dilepaskan

Di daerah sekitar rumah saya, ada cerita yang mengatakan bahwa orang yang kondisinya sakit, maka disarankan agar tidak mengkonsumsi telur yang ayamnya diberi pakan konsentrat. Berawal dari cerita, maka ada seorang kenalan yang mencoba untuk memilih pangsa pasar golongan ini. Memang jumlahnya tidak besar, tetapi menurut dia hal ini layak dicoba.

Jadi, dia mencoba untuk beternak ayam petelur tetapi dengan menggunakan pakan alami saja, seperti dedak, bekatul, beras, jagung, dan nasi aking, dan ayamnya tidak ditempatkan dalam kandang batere, tetapi dipelihara dengan sistem diumbar atau dilepaskan begitu saja.

Lalu telur yang dia hasilkan, akan dimasukkan ke warung-warung yang ada di sekitar rumahnya, sampai sekarang dia masih produksi, memang jumlahnya tidak terlalu banyak, tetapi tetap ada saja orang yang mencari telur produksinya.

Teman saya ini mengatakn bahwa ayam petelur yang tidak diberi pakan konsentrat, maka hasil telurnya akan lebih sedikit. Meskipun demikian dia mengklaim, bahwa dengan kondisi ayam yang lebih sehat, dan jenis pakan yang lebih sehat juga, maka telur yang dihasilkan juga akan lebih baik kualitasnya.

Setelah beberapa waktu beternak ayam dengan sistem umbaran, menurut pengalamannya tersebut ada beberapa hal menarik yang bisa ia bagikan. Misalnya saja ayam miliknya yang hanya diberi pakan alami, dengan jumlah protein dan kalsium yang relatif lebih sedikit bila dibandingkan dengan pakan pabrikan, maka jumlah telur yang diproduksi akan lebih sedikit pula, selain itu masa subur ayam untuk bertelur juga menjadi lebih singkat waktunya.

Contohnya seperti ini, jika ayam yang diberi pakan konsentrat maka ayam tersebut dapat bertelur sekitar 1,5 – 2 tahun, tetapi untuk ayam yang tidak diberi pakan pabrikan, maka ayam tersebut hanya bisa bertelur sekitar 1 tahun saja, kadang malah bisa lebih singkat dari itu.

Menurut dia, sepertinya faktor kekurangan protein dan kalsium dalam pakan ayam, juga membuat ayam menjadi kurang sehat dan rentan terhadap penyakit.

Mungkin jika ayam yang dia pelihara itu diberi vaksin dan vitamin, mungkin saja ayam tersebut akan lebih kebal terhadap penyakit, tetapi memang dia belum mencoba cara itu. Jadi, hasilnya masih belum bisa dikonfirmasi.

Tetapi yang jelas bahwa bagaimana kesehatan ayam, bagaimana produksi telurnya, semua itu pastinya berbanding lurus dengan usaha yang telah diberikan oleh pemiliknya. Jadi, dia berfikir bahwa pemberian vaksin dan juga vitamin kepada ayam akan tetap dapat memberi dampak pada kesehatan ayamnya. Misalnya saja ayam bisa lebih kuat dalam menghadapi penyakit, lalu waktu subur ayam untuk bertelur juga bisa lebih lama.

 

Saya pernah mendengar dari sumber lain yang mengatakan, bahwa dia pernah memperhatikan ayam petelur yang hanya diberi pakan bekatul, maka durasi ayam bertelur menjadi tidak tentu waktunya, dengan kata lain jumlah telur yang dihasilkan sangat sedikit. Selain itu kuning telur ayam-ayam tersebut juga terlihat lebih pucat / tidak cerah.

Saya juga pernah mendengar tentang pengalaman orang lain tentang beternak ayam petelur ini, jadi dia pernah membeli 4 ekor ayam petelur afkir, yang akhirnya ayam tersebut dikawinkan dengan ayam bangkok miliknya. Setelah anakan ayamnya menetas, maka ayam tersebut menjadi ayam Joper atau Jowo Super. Untuk pakannya sendiri dia menggunakan pakan alternatif yang dia beli seharga Rp 200.000 / sak. Untuk anakan joper umur 50 hari, bobotnya bisa mencapai 600 gr, dan dia mengatakan jika ternak ayam joper seperti ini sangat menguntungkan.

Tinggalkan Balasan