Harga Beras Organik

Beberapa waktu yang lalu ada masalah beras maknyus yang menghebohkan, dan menurut berita bahwa produsennya membeli beras subsidi dari petani dengan harga tinggi, tetapi mereka menjualnya kembali dengan harga beras premium. Dan setelah itu pemerintah menerbitkan aturan soal harga acuan untuk penjualan beras.

Memang sesuai dengan acuan yang dibuat pemerintah tersebut, nampaknya kisaran harga beras yang ada di sekitar rumah saya tidak jauh berbeda, yaitu mulai dari harga Rp 8.700 – Rp 9.700 / Kg. Hanya saja untuk beberapa waktu terakhir ini, saya sekeluarga lebih senang untuk mengkonsumsi beras organik, yang diproduksi oleh Kematan tetangga, di Kabupaten Malang, untuk tepatnya sentra penanaman dan produksi berasnya berasal dari Kecamatan Peniwen.

Beras organik ini dijual dengan harga Rp 10.400 / Kg atau Rp 54.000 / 5 Kg. Menurut saya bila dibandingkan dengan harga beras biasa yang berada di kisaran Rp 9.400 / Kg, maka beras organik ini masih cukup murah dan terjangkau. Bahkan menurut dari penjualnya sendiri bahwa beras ini bebas pengawet, pemutih, dan bahan kimia berbahaya. Dan pada saat saya mencobanya, memang beras ini berkualitas baik, dan sesuai dengan yang diucapkan penjualnya.

Lagi pula alasan utama saya mulai mengkonsumsi beras organik, pastinya beras ini lebih menyehatkan, bila dibandingkan dengan beras biasa, yang masih menggunakan pupuk kimia dan juga obat-obatan kimia, belum lagi produksinya terkadang juga menggunakan bahan kimia, seperti pemutih dan pengawet.

Untuk bentuk dan warna dari beras ini mungkin mirip seperti beras lain pada umumnya, tetapi beras organik ini tidak berbau, dan saat di masak beras ini tidak mengembang seperti beras lainnya. Bahkan waktu penyimpanannya juga tidak bisa terlalu lama, karena beras ini akan segera berkutu dan mengapur, sebisa mungkin kami beras ini harus segera dihabiskan. Mungkin ini karena efek dari tidak ada bahan pengawet di dalamnya.

Jadi, menurut penjualnya alasan beliau menjual beras organik, karena beliau melihat banyak pemuda dari desanya yang merantau ke luar daerah, bahkan sampai ke luar negri. Karena itu, desanya bisa menjadi desa yang sepi suatu saat nanti jika pemudanya banyak yang merantau.

Sejak saat itulah maka beliau mulai mempekerjakan pemuda-pemuda yang ada di desanya, sebagai petani padi. Sebagian dari pemuda yang lain, juga dipekerjakan sebagai penggembala sapi dan kambing, yang nantinya kotoran dari sapi dan kambing tersebut akan dijadikan sebagai pupuk padi di sawah. Bahkan sekarang beberapa pemuda yang lain, diberi tugas sebagai tukang angkut pupuk dari kandang ke sawah.

Dan uang hasil penjualan padi tersebut digunakan untuk membayar pemuda-pemuda yang bekerja di sawah dan dikandang, maupun yang bertugas mengangkut pupuk dan rumput. Melihat dari perkembangannya, sepertinya boleh dibilang usaha beliau cukup sukses.

Karena usaha beliau tersebut, katanya jumlah pemuda yang pergi merantau ke luar daerah sudah berkurang banyak. Lalu saya juga berfikir, bahwa selain berasnya sehat dan harganya juga cukup terjangkau, maka pada saat saya membeli beras ini, berarti saya juga ikut ambil bagian dalam program untuk memberdayakan pemuda di daerah tersebut.

Jadi, selain memang dari kondisi berasnya yang bagus, sepertinya cerita inspiratif dari produsen beras ini, yang membuat saya tersentuh, dan mau menggunakan beras organik produksi mereka.

Tinggalkan Balasan