Asal Usul Udang Vaname di Indonesia

Udang vaname atau biasa juga disebut udang vannamei (Litopenaeus vannamei) merupakan udang introduksi. Habitat asli udang ini adalah di perairan pantai dan laut  yang ada di Pantai Pasifik Barat Amerika Latin. Pertama kali udang ini diperkenalkan di Tahiti pada awal tahun 1970, tetapi hanya sebatas pada penelitian tentang potensi yang dimiliki oleh udang tersebut. Lalu selanjutnya untuk pengembangan budidaya yang intensif di lakukan di Hawaii (Barat Pantai Pasifik), Teluk Meksiko (Texas), Balize, Nikaragua, Kolombia, Venezuela dan di Brazil pada akhir 1970an.

Udang ini kemudian diimpor oleh negara-negara pembudidaya udang di Asia, seperti China (1988), India (2001), Thailand (1988), Bangladesh, Vietnam (2000), dan Malaysia (2001), Filipina (1997). Dalam perkembangan berikutnya, Indonesia juga memasukkan udang vaname sebagai salah satu jenis udang budi daya tambak, selain udang windu (Penaeus monodon) dan udang putih/udang njerebung (Penaeus merguiensis)

Beberapa catatan juga menyebutkan bahwa udang vaname yang masuk ke Indonesia sebagian berasal dari Nikaragua dan sebagian lagi berasal dari Meksiko. Pada awalnya pemerintah memberi izin bagi dua perusahaan untuk mengimpor udang vaname sebanyak 2.000 ekor induk dan 5 juta ekor benur dari Hawaii dan Taiwan, pada saat itu pemerintah juga memberikan izin untuk mengimpor lagi 300 ribu ekor benur dari daerah asalnya di Amerika Latin.

Dalam perkembangannya induk dan benur tersebut kemudian dikembangkan di hatchery yang ada di Indonesia. Pengembangan intensif tersebut dilakukan di daerah Situbondo dan juga Banyuwangi, Jawa Timur. Setelah berhasil diternakkan, maka udang vaname tersebut disebarkan untuk dikembangkan di daerah-daerah lain di seluruh Indonesia.

Udang vaname dimasukkan ke Indonesia karena memiliki beberapa keunggulan, diantaranya: bahwa udang ini memiliki ketahanan terhadap penyakit yang cukup baik, lalu juga memiliki laju pertumbuhan yang cepat (masa pemeliharaannya berkisar 90 – 100 hari). Selain itu untuk menghasilkan satu kilogram daging, udang ini memerlukan pakan sebanyak 1,3 kilogram, jumlah tersebut termasuk angka yang cukup menguntungkan karena nilai FRC-nya termasuk cukup rendah. Sehingga kita dapat hemat dalam pengeluaran untuk pakan.

Tinggalkan Balasan