Metode yang digunakan untuk Beternak Burung Puyuh

Pada artikel sebelumnya saya telah menuliskan bahwa keponakan saya telah memulai untuk usaha budidaya burung puyuh. Lalu pada artikel ini, saya akan mencoba untuk menerangkan tentang metode apa yang dia gunakan dalam beternak.

Sebagai gambarannya saja, bahwa keponakan saya ini bisa langsung membeli burung puyuh yang siap bertelur tersebut, karena dia memiliki seorang teman kerja, yang sudah terlebih dahulu terjun dalam usaha budidaya burung puyuh, jadi dia bisa langsung membelinya kepada temannya itu.

Lalu untuk pakan, dia juga bisa mengambil ke tempat temannya itu. Tetapi jika keponakan saya bisa mendapatkan harga pakan yang lebih murah dari tempat lain, maka keponakan saya dipersilahkan untuk memebeli lagi di sana, jadi cukup fleksibel saja untuk pembelian pakan ini, dan tidak ada keharusan untuk membeli pakan darinya, karena memang niatnya hanya ingin membatu saja.

Sebagai informasi tambahan, bahwa setelah beberapa waktu, keponakan saya mengatakan bahwa harga pakan yang dijual di toko pakan dan harga pakan yang dijual oleh temannya itu, ternyata tidak memiliki perbedaan yang jauh. Malah menurut keponakan saya, bahwa harga pakan yang dijual oleh temannya itu cenderung lebih murah, meskipun selisihnya tidak banyak. Menurut cerita dia, hal ini bisa terjadi karena teman keponakan saya ini, dalam sekali membeli pakan, dia bisa mendatangkan sebanyak satu truk langsung. Jadi, dia bisa mendapatkan pakan dengan harga grosir.

Dalam setiap pembelian pakan dia selalu mengambil pakan dalam kemasan 50 Kg, untuk harganya sendiri saat ini dijual dengan harga Rp 285.000/karung. Lalu kebutuhan pakan burung puyuh setiap harinya sebanyak 2,5 Kg. Jumlah itu digunakan untuk memberi pakan seluruh burung puyuhnya.

Boleh dikatakan bahwa hampir semua kebutuhan beternak burung puyuh sudah disediakan oleh temannya itu, mulai  dari bibit puyuh, pakan, vitamin, dan beberapa kebutuhan lainnya dapat dibeli di temannya itu. Dan setelah produksi, maka telur yang dihasilkan bisa dijual lagi kepadanya, bahkan jika nantinya burung puyuh tersebut sudah tidak produktif lagi dan memerlukan pergantian, maka burung puyuh afkir tersebut dapat dijual kembali kepada dia.

Boleh dibilang bahwa keponakan saya ini hanya bertugas untuk melakukan perawatan saja, perawatan di sini misalnya saja: memberi pakan, memberi minum dan membersihkan kotorannya saja. Selanjutnya untuk hal yang lain sudah bisa disediakan oleh temannya itu.

Tetapi ketika saya bertanya kepada keponakan saya, tentang apakah telur burung puyuh yang dia hasilkan tersebut akan langsung dia setorkan ke temannya itu? Dia menjawab bahwa telur tersebut biasanya sudah habis dibeli oleh saudara dan juga tetangga di sekitar rumahnya saja. Karena memang untuk saat ini produksi telurnya masih belum maksimal, dan hanya bisa menghasilkan sekitar 1/2 Kg telur saja setiap harinya. Harga jual untuk 1/2 Kg telur tersebut berkisar di angka Rp 12.000 – Rp 13.000. Harga ini sama seperti harga jual telur di toko-toko kelontong yang ada di sekitar rumah dia.

Meskipun harganya sama, tetapi mengapa tetangga dan saudara yang lain, lebih menyukai telur puyuh dari keponakan saya ini, alasannya karena telur tersebut adalah telur yang masih segar, biasanya burung puyuh mengeluarkan telurnya pada sore hari, sekitar waktu pemberian pakan sore, lalu saat pagi hari telur tersebut dimasak, maka rasa telurnya sangat enak, dan terasa sangat berbeda dari telur yang sudah lama di toko. Jadi, kelebihannya ada di sini.

Menurut saya pribadi, bahwa saya sempat merasa kaget, karena ternyata telur burung puyuh bisa terasa sangat enak seperti itu. Bahkan untuk telur puyuh yang disimpan di dalam kulkas selama beberapa haripun, ternyata rasa telurnya masih lebih enak dari pada telur puyuh yang dijual di toko-toko di dekat rumah saya. Karena selama ini, saya hanya merasakan telur puyuh yang dijual di toko-toko dekat rumah saja, saya rasa ini adalah pengalaman baru.

Tinggalkan Balasan