Larva Lalat Sebagai pakan Alternatif

Tadi siang saya dikirimi sebuah artikel dari salah seorang teman, dan pada artikel tersebut disebutkan bahwa pemerintah Kabupaten Situbondo akan mengembangkan lalat hitam sebagai pakan alternatif untuk ternak. Saat ini mereka sedang melakukan uji coba pada sampah organik, di tempat pembuangan sampah. Dan tujuan utama yang diinginkan oleh Pemkab adalah larvanya, dan bukan lalat hitam dewasanya.

Tujuan dari uji coba ini, yaitu agar larva lalat dapat membantu mereka dalam mengatasi permasalahan sampah organik yang ada, hal ini karena larva lalat memiliki kemampuan yang cukup baik dalam menguraikan sampah. Lalu pada saat jumlah larva meningkat, maka larva tersebut akan diolah untuk dijadikan sebagai pakan ternak, yang tentunya akan memiliki nilai jual.

Sebenarnya saya tidak tahu teknik atau teknologi apa yang akan mereka gunakan, karena berita ini masih baru bagi saya, tetapi jika itu adalah larva lalat hitam, maka saya pribadi beberapa tahun yang lalu telah melakukan uji coba pada larva lalat seperti ini, dan hasil dari larva tersebu telah saya jadikan sebagai pakan tambahan pada ikan lele.

Mungkin yang perlu anda tahu bahwa larva lalat adalah hewan yang sangat hebat, baik dalam kemampuannya untuk menguraikan sampah organik, maupun dalam hal ketahanannya dalam bertahan hidup. Dan hal ini sangat berbeda dengan lalat dewasa yang mudah mati saat dipukul.

Meskipun anda memencet larva lalat, dia tidak akan mati begitu saja dengan mudah, bahkan larva lalat masih bisa bertahan cukup lama. Larva lalat juga tidak mati saa direndam di dalam air, mereka mampu bertahan cukup lama, bahkan saya sendiri tidak tahu apakah dengan merendam larva lalat ini akan dapat membuatnya mati.

Meskipun larva lalat ini cukup mengagumkan, tetapi sebenarnya masih ada permasalahan yang tidak dapat saya atasi saat mengembangbiakkan larva lalat hitam.

Pertama, larva ini mengkonsumsi bangkai dan sampah organik lain. Hal inilah yang menyebabkan larva lalat akan memiliki bau seperti bangkai, seperti kotoran, seperti sampah organik, dan seperti apapun yang mereka makan. Sehingga dari waktu pembiakannya sendiri sudah menghasilkan polusi bau yang cukup menyengat, dan jika diternakkan di dekat permukiman, maka bau tersebut dapat mengganggu masyarakat sekitar.

Bahkan jika anda mampu membelah tubuhnya, maka anda akan mencium semua material yang dia makan. Kemudian jika dijadikan sebagai pakan ternak, maka hal ini mungkin saja terjadi. Karena pada saat memberikan larva lalat tersebut kepada ikan lele, ternyata lele-lele tersebut sangat menyukainya, bahkan mereka memakannya dengan lahap. Bagaimanapun juga larva lalat pastinya memiliki kandungan protein yang cukup tinggi, seperti halnya hewan lain.

Kemudian masalah yang timbul adalah bau yang dibawa oleh larva lalat ini, tidak akan menghilangkan baunya begitu saja saat dimakan oleh ikan lele, bahkan baunya tersebut akan masih terus ada. Jadi, yang pertama air kolam ikan lele, menjadi berbau seperti larva lalat yang diberikan.

Karena baunya cukup menyengat maka proses pergantian air kolam harus sering dilakukan, dan pergantian ini diperlukan agar baunya tidak mengganggu lingkungan. Yang menjadi masalah, jika daerah tersebut adalah daerah yang sulit air, atau sedang mengalami musim kemarau berkepanjangan, maka proses pergantian air adalah sesuatu hal yang mahal.

Selain itu, meskipun air kolam sudah diganti secara rutin, ternyata masalah bau dari larva lalat tersebut tidak akan hilang begitu saja, malah bau tersebut meresap ke dalam daging ikan lelenya, dan bau ini akan masih tetap ada meskipun sudah dicuci bersih dan juga sudah dimasak. Jika saya pribadi, saya tidak sanggup untuk makan daging lele yang beraroma bangkai atau sampah busuk.

Dan pastinya ikan lele yang memiliki bau tidak enak seperti ini tidak akan laku dijual. Bahkan orangpun jarang ada mau meskipun itu diberikan secara gratis.

Bahkan meskipun larva yang saya berikan tersebut, jumlahnya tidak terlalu banyak, dan hanya berupa pakan tambahan (pakan utamanya pelet), tetapi baunya tetap saja seperti gambaran saya di atas.

Karena itu saya akan tertarik sekali, untuk melihat teknologi atau cara apa yang akan dilakukan oleh pemkab Situbondo, dalam mengelola larva lalat hitam ini. Terutama saat akan dijadikan sebagai pakan ternak.

Tinggalkan Balasan