Perawatan dan Pakan untuk Anakan Buaya atau Poro

Beberapa waktu yang lalu saya sempat berbincang dengan seorang teman yang seorang penggemar reptil, sebenarnya reptil yang dia pelihara cukup beragam jenisnya, tetapi pada artikel ini saya akan mencoba untuk fokus pada perawatan standart dan juga pemberian pakan untuk anakan buaya atau yang biasa disebut sebagai poro tersebut.

Untuk teman saya ini anakan buayanya di letakkan pada aquarium kaca. Dan dia mengatakan bahwa jika kita ingin memelihara buaya, maka sebaiknya disediakan kandang yang ukurannya selalu lebih besar dari ukuran buayanya, jadi jika buayanya semakin besar, maka usahakan agar kandangnya juga harus diperbesar.

Lalu untuk airnya, sebaiknya tidak diisi terlalu penuh, hal ini karena buaya bukanlah ikan, yang akan selalu tinggal di dalam air. Jadi, kira-kira airnya hanya digunakan buaya untuk bermain-main saja, dan yang paling penting yaitu air yang ada di dalam kandang buaya sebaiknya tidak terlalu sering dilakukan pergantian, karena bisa membuat buayanya kurang nyaman. Pergantian air dilakukan jika memang kondisinya sudah terlalu kotor dan keruh.

Lalu untuk pakan yang biasa diberikan kepada buaya yang masih kecil, yaitu sebaiknya diberikan pakan hidup yang masih bergerak. Misalnya saja seperti anakan ikan, bisa ikan mas, mujaer, lele, atau kira-kira bibit ikan yang sedang mudah untuk didapatkan.

Menurut teman saya buaya akan berusaha untuk memangsa ikan-ikan tersebut jika dia lapar, jadi kita tidak perlu bingung soal penetuan waktu makannya, dan jika ikan tersebut sudah habis maka kita bisa mengisinya lagi dengan ikan yang baru. Teman saya juga menyarankan agar buaya yang masih kecil tidak diberikan makanan berupa daging yang tidak bergerak, karena menurutnya itu akan berpengaruh kepada kesehatan buaya tersebut.

Sebenarnya selain ikan, buaya bisa juga diberikan pakan berupa tikus atau cicak. Bahkan jika ukurannya sudah lumayan besar maka buaya bisa diberikan pakan yang lebih besar, misalnya seperti ayam hidup. Dan pada ukuran sekitar 1,5 m, maka buaya sudah bisa diberi pakan daging yang tidak bergerak, tetapi meskipun demikian jika masih memungkinkan untuk memberi daging yang bergerak, maka sebaiknya tetap diberikan daging yang bergerak.

Mungkin yang perlu diperhatikan juga adalah kondisi tempat kita memelihara buaya, yaitu sesekali kandang buaya tersebut harus dibiarkan dalam kondisi kering, menurut teman saya bahwa dia mendapat ilmu tersebut dari orang lain juga, bahwa buaya yang sering diletakkan di tempat yang kering akan lebih mudah untuk jinak.

Selain itu setiap hari buaya tersebut harus digendong dan di elus-elus kepala dan punggungnya, hal ini bertujuan agar buaya terbiasa dengan kehadiran manusia, dan ini akan membuat buaya lebih cepat menjadi jinak. Dan teman saya mengatakan bahwa jika buaya jarang berinteraksi dengan manusia, maka insting alaminya bisa kembali muncul, dan bukan tidak mungkin buaya tersebut akan menjadi buas kembali.

Menurut teman saya ini, bahwa buaya yang dirawat sejak kecil akan lebih mudah untuk dijinakkan, bila dibandingkan dengan buaya yang sudah besar.

Tinggalkan Balasan