Pemberian Air Panas untuk Mengairi Media Cacing Sutra

Saat saya mengalirkan air hangat pada media cacing sutra, hal ini saya lakukan karena saya ingin mengetahui apakah cacing sutra ini memang memerlukan sinar matahari sebagai penghangat air pada media budidaya. Yang nantinya pasti akan berhubungan dengan perkembangan cacing sutra itu sendiri.

Karena saya sempat berfikir, apakah cacing sutra ini seperti halnya ikan, yang merupakan hewan berdarah dingin. Sehingga jika memang seperti halnya ikan, maka cacing sutra juga tidak dapat meningkatkan panas inti dalam tubuhnya. Untuk jenis ikan, mereka memang untuk meningkatkan panas inti dalam tubuhnya, mereka menyerap panas dari sinar matahari.

Karena kondisi media uji coba cacing sutra milik saya ini sudah tidak dapat dipindah-pindah lagi, maka saya bermaksud untuk menggunakan air panas sebagai pengganti dari sinar matahari tersebut. Karena yang memang dibutuhkan adalah kenaikan suhunya saja.

Metode dan cara yang saya gunakan adalah, dengan menuangkan air mendidih pada tandon tempat menyimpan air, yang kemudian akan dialirkan ke media budidaya. Karena alirannya kecil, maka saat sampai ke media budidaya, suhu dari air tersebut akan segera menurun.

Ada beberapa hasil yang saya dapatkan, selama percobaan dengan menggunakan air hangat ini. Hal pertama yang saya temukan yaitu, bahwa cacing sutra tersebut malah lebih lambat bergerak, dan setelah air di dalam media budidaya telah dihangatkan dalam waktu yang lama, maka nampak cacing sutra ini menjadi semakin banyak yang bersembunyi di dasar makanan mereka. Pada saat itu cacing sutra sudah jarang ada yang bergerak mencari makan.

Karena saya sudah melihat adanya gelagat yang tidak baik, yang terjadi pada cacing sutra tersebut, maka akhirnya saya menghentikan uji coba dengan menggunakan air hangat ini. Karena sepertinya, sudah ada tanda-tanda bahwa cacing tersebut, mulai nampak sekarat, dan bisa saja mereka akan segera mati.

Setelah aliran air hangat yang mengairi media budidaya tersebut saya hentikan, ternyata berangsur-angsur cacing sutra tersebut kembali ke permukaan makanan mereka, dan cacing tersebut juga kembali bergerak meliuk-liuk dengan lincahnya.

Jadi, inti dari percobaan ini saya mengetahui bahwa cacing sutra ini memiliki kemiripan yang sangat tinggi dengan cacing tanah. Yaitu, misalnya cacing sutra tidak memerlukan panas matahari untuk meningkatkan panas tubuhnya, bahkan mereka juga menghindari sinar matahari tersebut. Sepertinya jika bisa cacing sutra ini, tidak bertemu dengan sinar matahari sama sekali.

Kemiripan yang lain, yaitu cacing sutra juga banyak melakukan aktifitasnya pada malam hari seperti halnya cacing tanah, yaitu pada saat matahari mulai tenggelam dan suhu udara mulai turun. Yang masih belum saya ketahui adalah apakah cacing sutra ini juga menghasilkan telur seperti kokon yang dihasilkan oleh cacing tanah. Dan apakah cacing sutra ini juga hemaprodit seperti halnya cacing tanah.

Tinggalkan Balasan