Kondisi Peternakan Sapi pada saat Krisis

Pada artikel sebelumnya saya telah menuliskan bagaimana pengalaman saya dengan sapi-sapi milik tetangga di masa lalu. Memang pada masa itu adalah saat-saat yang sangat menyenangkan, dan saya rasa akan sangat sulit untuk mendapatkan momen seperti itu lagi saat ini.

Sebetulnya kondisi peternakan sapi yang ada di sekitar rumah saya mulai berubah, sejak dimulainya krisis moneter pada tahun ’97 – ’98. Pada waktu itu banyak sekali terjadi pemutusan hubungan kerja (PHK), sehingga banyak sekali orang yang menganggur, lalu harga-harga barang mulai melambung tinggi, sehingga banyak yang orang yang mulai kelaparan. Setelah semua itu terjadi maka tingkat kejahatan akhirnya juga meningkat dengan pesat, dan yang paling banyak adalah tindak pencurian.

Tindak pencurian yang terjadi tidak mengenal satu jenis barang saja, tetapi lebih kepada apapun yang dapat dicuri, maka barang tersebut akan dicuri, dan tidak terkecuali juga pada hewan ternak termasuk sapi. Pada waktu itu ada pencuri yang bisa membawa seekor sapi ukuran besar, hanya dengan menggunakan mobil penumpang ukuran kecil. Bahkan jika para pencuri tersebut merasa kesulitan untuk membawa hasil curiannya, maka biasanya mereka menyembelihnya terlebih dahulu, lalu membanya dalam bentuk potongan daging.

Karena itu banyak pemilik sapi di sekitar rumah saya yang langsung menjual sapinya, selain untuk memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari yang semakin sulit, pada waktu itu mereka mereka juga merasa takut jika sampai sapi yang mereka miliki sampai dicuri. Jadi, dari pada dicuri orang, maka lebih baik dijual dulu.

Pada waktu itu juga, karena perekonomian tidak kunjung membaik, maka saat itu akhirnya juga banyak orang yang menjual tanah, sawah, kebun dan pekarangan miliknya. Lalu oleh pemilik yang baru, pada akhirnya lahan tersebut mulai dibangun rumah, pertokoan, gudang, bengkel dan banyak bangunan lain.

Sehingga setelah krisis moneter mulai membaik sekitar tahun 2003 – 2004, pada saat itu sudah banyak peternak sapi yang berganti profesi dan tidak menjadi peternak lagi. Lagi pula lahan untuk penggembalaan sapi juga sudah menyusut dengan drastis, sehingga untuk memenuhi kebutuhan pakan sapi, menjadi semakin sulit. Dengan kondisi ini, maka membuat banyak peternak sapi yang malas, untuk memulai beternak kembali.

Kalaupun ada, jumlah peternak sapi yang masih bertahan, jumlahnya sudah semakin menyusut,  dan biasanya lokasi rumah dan kandang mereka, berada jauh dari keramaian, hal ini karena faktor mencari pakannya, saya melihat hal ini karena faktor kemudahan untuk mencari pakannya saja.

Tinggalkan Balasan